Jumat, April 19, 2024
Ekonomi BisnisJawa TengahSosial & Budaya

Harga Telur di Pasar Tradisional Ciampea Bogor Melonjak, Omset Pedang Telur Gulung Merosot

CIAMPEA BOGOR – Harga bahan pangan jenis Telur disejumlah Pasar Tradisional saat ini mengalami kenaikan harga cukup tinggi. Khusunya seperti di Pasar Tradisional Ciampea Indah Bogor, saat ini harga telur perkilogram (Kg) mencapai Rp. 31.000 rupiah, dari harga sebelumny 28. 000 rupiah perkilo gram (kg).

Tentunya dengan adanya kenaikan harga pangan jenis telur tersebut membuat warga masyarakat sangat mengeluh dan beberapa pedagang harus mengalami penurunan omset. Terutama bagi para penjual eceran maupun pedangan lainnya. Terlebih, saat ini perekonomian warga masyarakat, khususnya di Kabupaten Bogor masih dimasa pemulihan akibat dilanda pandemi Covid-19 selama 2 tahun lebih.

Seperti yang diungkap oleh pemasok telur di Pasar Tradisional Ciampea Bogor, Agus (56) mengatakan, harga telur saat ini di dipasaran dibandrol dengan harga Rp. 30.000 – 31.000 ribu rupiah per kilo gram (Kg).

“Ya harga telur sekarang perkilonya naik 3.000, jadi daya pembeli masyarak semakin berkurang. Apalagi sekarang harga telur per kilonya ada yang 28 ribu, 30 ribu sampai 31 ribu rupiah. Otomatis warga masyarakat sangat mengeluh dengan kenaikan harga terlur yang cukup tinggi,” ungkap Agus kepada Wartawan, Jumat 26 Agustus 2022.

Foto: Aril (23) salah satu pedagang telur gulung keliling di wilayah Ciampea Bogor.

Agus mengungkapkan, dengan naiknya harga telur yang cukup tinggi, sehingga dirinya kebingungan untuk menjual ke pengecer atau pedagang keliling akibat harga telur yang cukup melonjak. Selain harga telur yang naik, kata Agus, harga bahan pangan seperti Beras ikut mengalami kenaikan harga.

“Iaa.. otomatis Kami di pasar bingung mau ngejualnya berapa?, saya sekarang aja perkilonya jual 30.000 ribu, itu udah mepet banget. Sebenernya sih idealnya 31.000 ribu. Sekarang aja beras juga ikut naik, per karungnya naik 30 sampai 40 ribu. Yaa harapan saya sih dengan kondisi seperti ini jangan terlalu tinggi lah, apalagi kita masih di masa pemulihan ekonomi yang hampir 2 tahun lebih dilanda pandemi,” kata Agus.

Selain itu, akibat dari kelonjakan harga bahan pangan jenis telur membuat sejumlah para pedagang keliling “Telur Gulung” seperti Aril (23) harus ikut terdampak akibat dari kenaikan harga terlur tersebut. Akibatnya omset pendapatan perharinya semakin menipis.

“Yaa.. gimana yah, gara-gara harga telur naik, pendapatan saya perharinya jadi menipis. Biasanya sehari saya dapet 300 ribu, sekarang paling 200-250 ribu lah. Karena sehari biasanya saya bawa telur itu sekilo, terpaksa sekarang harus dikurangin dari belanjaannya,” kata Aril salah satu pedagang telur gulung keliling di Ciampea Bogor.

Aril juga berharap dan meminta kepada pemerintah terkait agar harga bahan pangan pokok seperti terigu, minyak goreng, beras dan telur supaya bisa normal kembali.

“Atuh ialah pengennya harga beras, terigu, minyak goreng dan terutama telur tuh supaya turun lagi biar aga ringan, kasian ama masyarakat kecil seperti kita,” ungkap Aril.

Sementara itu, salah satu pemilik warung sembako, Marni (55), dirinya juga ikut mengeluhkan akibat naiknya harga bahan pokok terutama telur tersebut. Akibatnya, pembeli telur yang dateng ke toko sembakonya banyak yang mengeluh dan komplain.

“Yaa.. kalau naik gini kan kasian sama pembelinya, apalagi saya kan sebagai penjual nih, jadi kita bingung mau jualnya dengan harga tinggi juga. Saya naikin seribu aja udah pada ngomong, sedangkan di pasaran harganya udah naik, akhirnya warga kan pada ngeluh.

Saya harap sih kepada Pemerintah agar harga telur maupun harga yang lainnya seperti minyak goreng, terigu, beras di turunin lagi, di stabilin lagi lah kaya dulu. Kasian sama warga masyarakat menengah kebawah,” ungkap Marni. dengan nada lirih. (Rdy)

Loading