Bank Emok dan Bank Keliling (Bangke) di Cibungbulang Merajalela
CIBUNGBULANG – Maraknya keberadaan bank emok dan bank keliling atau biasa di sebut (bangke) di wilayah Kampung Babakan Lapangan RT 01 RW 05 Desa Cimanggu Dua, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor membuat warga masyarakat geram dan resah.
Tak tanggung-tanggung puluhan warga yang berada di kampung tersebut terjerat dalam pinjaman sehingga dengan gali lobang tutup lobang dalam pembayaran.
Salah satu warga yang enggan disebutkan namanya mengaku, ada belasan bank keliling yang menyasar ibu-ibu dalam transaksi nya tanpa sepengetahuan para suami.
“Saya sangat resah dan merasa geram dengan keberadaan bank emok atau bank keliling ini yang menyasar ibu-ibu, apa lagi saat ini di tengah Covid-19 usaha belum lancar yang membuat saya pusing,” ungkapnya sambil mengelus dada.
Cerita dia, ada tetangga nya yang terjerat utang piutang hinga menjual rumah bahkan ada yang menjual tempat untuk menutupi atau melunasi utang tersebut.
Yang bikin dia kesal dan tidak terima, dari maraknya bank emok dan bank keliling, data pribadi dia sampai bocor dan dipake oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk mengajukan pinjaman tersebut, bahkan orang tersebut kabur.
“Saya kesal dan tidak terima, karena nama saya ada di bangke, tanpa sepengetahuan saya dan orang nya sekarang kabur, sekarang bank itu nagih terus ke saya. Parahnya lagi itu orang yang kabur memakai nama data orang hampir 30 lebih,” ujarnya kepada Wartawan, Rabu (18/05).
Kejadian itu belum dia laporkan kepada pihak yang berwajib, dengan begitu dirinya dengan warga lainnya sangat menolak kehadiran bank keliling yang meresahkan ini.
“Saya berharap ada tindakan dan solusinya, baik dari pemerintah desa maupun pihak terkait, supaya bank keliling maupun bank emok tidak semenah-menah masuk ke suatu wilayah. Apalagi ini tidak koordinasi maupun ijin dari RT/RW setempat,” kata dia.
Sementara saat dihubungi melalui telepon, Kepala Desa Cimanggu Dua Senan membenarkan, keberadaan Bank Emok maupun bank keliling diwilayahnya sudah lama merajalela.
“Sejauh ini masyarakat belum ada aduan ke desa terkait keluhan ini, tapi memang keresahan nya sudah lama dan keberadaan bank emok maupun bank keliling ini di setiap kampung wilayah saya banyak,” katanya.
Dengan begitu, dia menyebut kesulitan untuk menjegat keberadaan bank emok maupun bank keliling tersebut. Bahkan termasuk yang mempunyai bantuan BPNT maupun PKH ada juga yang terlibat dalam praktek pinjaman itu.
“Susah kita mau jegat nya juga, masyarakat yang kadang-kadang nggak ngomong padahal kita sudah memberikan solusi, dulu waktu masih ada program di desa masyarakat sendiri yang nggak koperatif,” ungkapnya.
Dia menghimbau kepada masyarakat untuk jangan sampai terlena oleh pinjaman pinjaman tersebut.
“Padahal dulu saya tawarin buat kelompok usaha kalau masalah biaya dari desa yang modalin, saat itu kebanyakan masyarakat yang tidak mau di ajak yang baik,” pungkasnya. (Rdy)