Kamis, November 21, 2024
Sosial & Budaya

Selain Meningkatkan Perekonomian, Kampung Batik Bisa Menjadi Lokasi Destinasi Wisata Kota Tanjungbalai

Tanjungbalai Lensa Expose.com

Hal ini diungkapkan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Tanjungbalai, Hj. Sri Silvisa Novita M Syahrial dalam acara Soft Launching Kampung Batik, (Rabu, 19/2/2020) yang berlokasi di daerah Sei Daun, Lingkungan V, Keluran Selat Tanjung Medan, Kecamatan Datuk Bandar Timur, Tanjungbalai. Acara yang dihadiri Wali Kota Tanjungbalai H.M Syahrial SH,MH, Camat Datuk Bandar Timur, Waris Tholib, Lurah Selat Tanjung Medan, Rahmat Rambat serta melibatkan para insan pers, aktivis, mahasiswa dan masyarakat setempat.

Acara yang dirangkai dengan pelatihan membatik yang langsung dilatih oleh Ketua Dekranasda yang diikuti oleh para Insan Pers dan kaum ibu, makan bersama, lucky draw serta bermain jetsky di perairan Sungai Asahan mengitari Pulau Beswesen.

Ketua Dekranasda Kota Tanjungbalai, Hj.Sri Silvisa Novita M.Syahrial berkeinginan menjadikan “Kampung Batik” Kelurahan Selat Tanjung Medan, Kecamatan Datuk Bandar Timur sebagai pusat Produksi kain Batik Kito yang menjadi Batik Khas asal Kota Kerang, Tanjungbalai dan juga menjadi lokasi destinasi wisata bagi warga setempat dan masyarakat diluar Kota Tanjungbalai.

Lanjut Ketua Dekranasda Tanjungbalai, Hj. Sri Silvisa Novita M Syahrial yang akrab dipanggil dengan Ibu Vita, saat ini sebanyak 40 orang kaum ibu di “Kampung Batik” itu sudah dilatih mulai dari cara mencanting, mewarnai dan mendesain kain Batik Kito yang umumnya bermotif biota laut sebagai ciri khas Kota Tanjungbalai.

Sejak dirintis mulai tahun 2016 lalu, saat ini produksi kain Batik Kito yang dikerjakan 7 orang pengrajin senior dan saat ini sudah mampu melatih pengrajin lainnya telah mencapai 15 helai per harinya

Sedangkan Untuk batik tulis yang dikerjakan pengrajin dari Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Pulau Simardan, produksinya sudah mampu memproduksi 4 hingga 7 helai per minggu.

Untuk bahan baku seperti kain, alat canting dan pewarna masih didatangkan dari Pulau Jawa. Sedangkan pemasarannya sudah mulai menembus beberapa daerah seperti Lampung dan Papua. Targetnya bisa go internasional khususnya di kawasan Asia, yakni Malaysia

Untuk harga jual kain Batik Kito bervariasi mulai dari Rp 210ribu hingga Rp 500ribu. Sedangkan untuk harga batik tulis bisa mencapai jutaan rupiah per helainya.

“Selain untuk meningkatkan taraf perekonomian warga yang sudah dilatih menjadi pengrajin, Kampung Batik ini nanti juga diharapkan menjadi salah satu destinasi wisata karena letaknya berdekatan dengan Pulau Beswesen yang sedang ditata menjadi objek wisata oleh Pemerintah Kota Tanjungbalai,” ujar Hj. Sri Silvisa Novita.

Dalam kesempatan itu, Ketua Dekranasda Tanjungbalai ini juga mengimbau seluruh kalangan untuk peduli dan menyintai lingkungan dengan cara mengurangi sekaligus memerangi sampah plastik.

“Dalam waktu dekat akan dilaksanakan gotong royong massal yang melibatkan semua kalangan. Targetnya membersihkan lingkungan dari sampah plastik yang ada disungai maupun diwilayah permukiman,” ujarnya.

Wali Kota Tanjungbalai, H.M Syahrial sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Ketua Dekranasda Tanjungbalai yang telah menggagas dan mendedikasikan membuat Kampung Batik di Kota Tanjungbalai. Hal itu dilakukan selain untuk membuka lapangan kerja baru dalam peningkatan perekonomian masyarakat juga menarik minat masyarakat Tanjungbalai dan sekitarnya maupun diluar Tanjungbalai untuk melihat langsung proses produksi Batik Kito sebagai kampung wisata.

“Memang inilah harapan kita semua, Tanjungbalai semakin dikenal dengan Kreasi dan inovasi baru yang bisa dijadikan ikon di Sumatera Utara maupun ditingkat Nasional dan Internasional nantinya. Potensi itu harus dioptimalkan seperti kampung batik yang saat ini kita saksikan,” katanya.

Karena menurut Wali Kota, Batik Kito merupakan Ikon dan simbol kebanggaan sekaligus identitas daerah. Karena di pakaian itu tergambar Corak Biota Laut yang menjadi ikon Kota Tanjungbalai

“Ikon-ikon itulah yang menjadikan kebanggan bagi kita bersama. Dalam konteks pariwisata, pakaian khas Batik Kito ini nantinya juga dapat dijadikan sebagai suvenir orang-orang luar kota yang berkunjung ke Kota Tanjungbala,” tegasnya.

Penulis : Syahruddin Rao

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *