Bandung Barat | Lensa Expose.com
Upaya memperkuat nilai persatuan di tengah keberagaman terus digelorakan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol), pemerintah daerah menggelar Sosialisasi Forum Pembauran Kebangsaan (FPK), Selasa (28/10/2025), dengan melibatkan perwakilan dari kecamatan, desa, tokoh pemuda, serta unsur organisasi masyarakat.

Kegiatan ini turut menghadirkan akademisi sekaligus pengurus FPK Jawa Barat, Dr. Eki Baihaki, M.Si, sebagai narasumber yang memberikan pandangan strategis mengenai tantangan kebangsaan di era digital.
FPK Jadi Garda Terdepan Merawat Persatuan
Dalam sambutan pembuka, Kabid Kesatuan dan Kebangsaan Bakesbangpol KBB, Jaja, yang mewakili Kepala Bakesbangpol Weda Wardiman, S.STP., M.Si, menegaskan komitmen Pemkab Bandung Barat untuk memperkuat keberadaan FPK hingga ke tingkat kecamatan dan desa.
“FPK bukan sekadar forum simbolik, tetapi wadah nyata untuk memperkuat komunikasi lintas elemen masyarakat dan mengawal stabilitas sosial,” ungkap Jaja.
Ia menekankan bahwa menjaga persatuan bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tanggung jawab seluruh warga bangsa. Dalam konteks keberagaman di Bandung Barat, kolaborasi dan komunikasi menjadi kunci utama untuk mencegah potensi konflik sosial sejak dini.
Tiga Pesan Kebangsaan dari Bakesbangpol
Dalam kesempatan tersebut, Jaja menyampaikan tiga pesan penting yang diharapkan dapat dipegang oleh seluruh peserta:
- Perkuat komunikasi lintas elemen masyarakat agar mampu mendeteksi potensi konflik sejak dini.
- Tanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada generasi muda sebagai benteng terhadap paham intoleran.
- Bangun empati dan kepedulian sosial, karena toleransi sejati tumbuh dari kemampuan memahami dan menghargai perbedaan.
Keberagaman Sebagai Kekuatan, Bukan Ancaman
Bandung Barat dikenal sebagai miniatur Indonesia dengan keberagaman etnis, budaya, dan agama. Menurut Jaja, keberagaman itu justru menjadi kekuatan yang harus dikelola melalui ruang kolaboratif seperti FPK.
“Melalui FPK, kita ingin memastikan bahwa perbedaan tidak menjadi pemisah, melainkan perekat dalam membangun masyarakat yang harmonis dan berdaya saing,” ujarnya.
Akademisi Dorong Dukungan Nyata bagi FPK
Sementara itu, Dr. Eki Baihaki dalam paparannya menyampaikan bahwa keberagaman Indonesia adalah modal sosial yang luar biasa, namun berpotensi tergerus jika tidak dirawat dengan kesadaran kolektif.
“Indonesia memiliki lebih dari seribu etnis dan ratusan bahasa. Keberagaman ini seharusnya menjadi perekat, bukan sumber perpecahan. Kuncinya adalah saling memahami dan memperkuat silaturahmi,” tuturnya.
Eki juga menilai bahwa FPK membutuhkan dukungan anggaran yang memadai agar kegiatan di tingkat daerah dan akar rumput bisa berjalan optimal. “Menjaga harmoni sosial adalah investasi jangka panjang bagi bangsa,” tambahnya.
Menatap ke Depan: FPK Sebagai Sistem Deteksi Dini
Menutup kegiatan, Bakesbangpol menegaskan pentingnya percepatan pembentukan FPK di seluruh kecamatan dan desa. Forum ini diharapkan mampu menjadi “early warning system” dalam mendeteksi isu intoleransi, konflik sosial, maupun gesekan antar kelompok masyarakat.
“FPK harus menjadi gerakan sosial yang hidup, bukan seremonial. Inilah garda moral yang akan menjaga Bandung Barat tetap rukun, damai, dan bersatu,” pungkas Jaja. (Tina)
















